Sebagai orang yang sudah mengambil 2x IELTS, ada beberapa tips dan trik yang bisa saya bagikan. Untuk referensi, IELTS saya yang pertama overall band-nya 7.5, dan IELTS yang kedua overall-band-nya 7.5 juga. Skor yang lebih detail: L:8, R:8.5, W:7, S:6.5 (Pertama) dan L:8;R:8.5;W:6.5, S:7.5 (Kedua). Di percobaan mengambil IELTS yang kedua, ada skor yang naik (yay!), turun (ouch) dan konstant (OK-lah!). Kenapa ada skor yang naik dan skor ada turun? Ada beberapa prinsip yang saya ternyata ‘langgar’. Dari dua kali mengambil IETLS, ada beberapa cardinal rule yang saya ‘temukan’. Semoga cardinal rule ini dapat membantu anda.
1. IELTS mengukur seberapa bisa kamu bisa mengerjakan IELTS, kemudian baru mengukur kemampuan B. Inggrismu.
Sangat sulit untuk mengukur kemampuan seseorang berbahasa Inggris (ataupun kemampuan kognitif lainnya) lewat sebuah test standard. Misalnya, ada orang yang membutuhkan waktu lama untuk memikirkan ide tulisan, tetapi begitu ide tulisannya sudah terbentuk, maka karya tulisnya akan menggerakan bumi dan langit. Orang seperti ini belum tentu bisa mendapatkan nilai IELTS writing yang bagus. Dalam beberapa video YouTube yang saya lihat juga, native speaker pun belum tentu pasti akan mendapatkan skor yang tinggi/sempurna di IELTS. Mereka pun, perlu dipersiapkan untuk menghadapi format test IELTS.
2. Mengarang itu OK
Ini yang menyebabkan kenapa speaking saya relatif jelek ketika test pertama. Kembali ke No. 1, IELTS tidak mengukur pengalaman anda keliling dunia ataupun apapun. Sehingga ketika interviewer bertanya, when the last time you visited a museum?, meski anda tidak pernah ke museum, silahkan jawab Oh I just visited the Jakarta Revolutionary Museum last year. Silahkan mengarang! Tidak ada museum Revolusioner Jakarta di Jakarta, tapi interviewer nya tidak akan tahu. Apabila anda kesulitan untuk mengucapkan sesuatu, menceritakan sesuatu yang fiksi itu OK (asalkan koheren dan masuk akal). Satu hal lagi, pastikan anda berbicara secara terus menerus.
3. Disiplin itu penting untuk writing
Hal ini mungkin aneh, tapi perlu diingat bahwa writing IELTS itu bukan lomba essay. Tetapi ujian untuk mengukur seberapa baik anda dapat A) mengutarakan ide B) menyusun ide tersebut secara koheren dan jelas C) kebenaran grammar. Oleh karena itu, hindari essay yang terlalu panjang. 300-350 kata cukup untuk Writing Task II. Salah satu kesalahan yang saya lakukan pada test IELTS yang kedua adalah saya terlalu asik menulis, karena topik yang diangkat relevan dengan passion, sampai menulis lebih dari 600 kata. Lebih baik menulis dengan kata secukupnya, karena yang dinilai bukan kualitas argumentasi, tetapi struktur nya.
4. Jangan berpikir diluar teks untuk Reading
Seringkali pertanyaan dari reading task cukup ambigu, dan seringkali juga muncul dorongan untuk menjawab sesuai feeling. Hindari hal tersebut! Reading IELTS tidak menguji wawasan anda, semua jawaban sudah tertulis di reading tersebut. Jangan pernah mengandalkan pengetahuan atau asumsi anda untuk menjawab pertanyaan reading task. Pastikan semua jawaban yang anda pilih dapat didukung oleh satu kalimat di reading tersebut. Untuk pengambil IELTS berbasis komputer, highlight kalimat yang mendukung jawaban anda.
Tentu saja ini tidak berlaku untuk pertanyaan dengan jawaban NG (Not Given)
Semoga dapat membantu IELTS anda.