Kode Bangunan Pertama di Dunia

Sekarang, ketika seseorang mau membangun suatu bangunan, bangunant tersebut harus didesain memenuhi syarat-syarat dari ‘kode bangunan’, atau yang dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai ‘building code’. Apabila suatu bangunan tidak didesain sesuai dengan kode bangunan, maka bangunan tersebut tidak bisa mendapatkan izin untuk berdiri.

Dalam kata Hardy Cross (Insinyur Sipil yang sangat terkenal), kode memiliki suatu kegunaan yang sangat penting, beliau berkata

“Standarisasi sebagai pencegah para orang lalai dan bajingan telah berfungsi dengan baik dalam dunia teknik”

Disini dapat dilihat, fungsi utama dari kode bangunan. Kode bangunan bersifat sebagai standard minimum untuk memastikan suatu bangunan aman. Selain itu, dengan adanya kode bangunan, keahlian membangun bukan menjadi suatu ilmu yang esoteric/keilmuan batin, tetapi tersusun dengan jelas dan sistematis.

Setiap negara memiliki kode bangunan-nya masing-masing. Kode bangunan setiap negara tentunya ditentukan berdasarkan penelitian dan falsafah yang dianut oleh negara tersebut. Semisalnya, untuk kode bangunan Amerika Serikat (setidaknya untuk ACI 318), bahasa yang digunakan sangat presisi dan detail karena Amerika Serikat memiliki budaya legal yang kuat. Sementara kode beton Eropa menggunakan metode-metode yang rasional (dibandingkan dengan metode-metode empiris).

Yang menjadi menarik, kode bangunan itu pertama kali muncul kapan? Apakah kode bangunan muncul pertama kali di Eropa dan Amerika yang merupakan peradaban pertama yang melakukan industrialisasi dengan pesat? Ternyata tidak, konsep dasar dari kode bangunan sudah ada sejak pertama kali peradaban manusia ada di Mesopotamia. Kode bangunan tersebut berasal dari Kode Hammurabi.

Berbeda dengan kode sekarang yang tebal dan kompleks, kode bangunan pertama ternyata sangatlah simpel. Bunyinya kurang lebih seperti ini

  • Apabila seorang kontraktor membangun sebuah rumah untuk sesorang dan tidak membangunnya dengan kuat, dan bangunan yang dia bangun rubuh sehingga menyebabkan kematian dari pemilik rumah, kontraktor tersebut harus dihukum mati.
  • Apabila kerubuhan tersebut menyebabkan kematian dari anak sang pemilik, maka anak sang kontraktor haruslah dihukum mati.
  • Apabila kerubuhan tersebut menghancurkan bangunan tersebut, maka sang kontraktor harus membangun kembali apa yang telah hancur, dan karena sang kontraktor tidak membangun bangunan tersebut dengan kuat dan akhirnya rubuh, sang kontraktor harus membangun ulang rumah tersebut dengan biayanya sendiri.
  • Apabila seorang kontraktor membangun rumah untuk sesoerang dan tidak membuat konstruksi rumah tersebut sesuai dengan syarat dan sebuah tembok pun rubuh, sang kontraktor haruslah membangun ulang tembok tersebut dengan biayanya sendiri.

Dialihbahasakan dari :https://incois.gov.in/Tutor/science+society/lectures/illustrations/lecture9/hammurabi.html

Kodenya sederhana kan? Dalam buku N. N. Taleb, Antifragile (Antirapuh), kode bangunan tersebut mempunyai fungsi utama: Resiko ditanggung oleh pembuat. Sang kontraktor , apabila membangun dengan sembarangan, tidak bebas dari resiko. Akhirnya karena sang kontraktor harus menganggung resiko, maka tentunya dia akan mencoba membangun bangunan tersebut dengan aman. Taleb pun juga mengatakan bahwa bangsa Romawi memiliki konsep yang sama. Seorang insinyur jembatan perlu tinggal bersama dengan keluarganya dibawah jembatan yang dia bangun untuk beberapa waktu.

Kode bangunan modern, meski memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan kode Hammurabi, masih memiliki jiwa yang sama. Setiap insinyur maupun kontraktor tetap perlu mengingat hal ini. Yaitu manajemen resiko, dan apa yang ditanggung oleh pemilik, ditanggung juga oleh kontraktor dan insinyurnya.

Uniknya, apabila memperhatikan kode modern. Kode modern juga mempunyai fungsi perlindungan bagi insinyur/kontraktor. Apabila bangunan yang dibangun sudah sesuai dengan kode bangunan, tetapi karena hal yang tidak terduga bangunan tersebut rubuh, kontraktor dan insinyur tersebut bisa bebas dari kesalahan. Hal ini berbeda dengan kode bangunan mula-mula yang menyatakan apapun yang terjadi, ‘pokoknya salahnya yang bangun…’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *